Media Tulis pada Awal Turunnya Al-Qur’an
📜 Pendahuluan
Pada awal turunnya Al-Qur’an, pencatatan wahyu dilakukan dengan sangat sederhana.
Meskipun para sahabat mengandalkan hafalan yang kuat, tulisan tetap menjadi media penting untuk menjaga keaslian wahyu.
Namun, pada masa itu, kertas belum tersedia luas di Jazirah Arab.
Sebagai gantinya, berbagai media tulis tradisional digunakan untuk mencatat ayat demi ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
✍️ Jenis-Jenis Media Tulis Al-Qur’an di Masa Awal
1. Riqāʿ (الرِّقَاع) – Lembaran Kulit atau Kain
Riqāʿ adalah potongan kulit binatang atau kain yang dijadikan sebagai tempat menulis.
Bahan ini mudah dilipat, ringan, dan sering digunakan untuk mencatat potongan ayat.
Ini termasuk media tulis yang cukup praktis di masa itu.
2. Al-Aktāf (الأَكْتَاف) – Tulang Belikat
Tulang belikat unta atau kambing yang pipih dan lebar dijadikan tempat menulis wahyu.
Permukaannya cukup halus untuk ditulisi dengan alat seadanya seperti arang atau tinta alami.
3. Al-Adhlāʿ (الأَضْلَاع) – Tulang Rusuk
Selain belikat, tulang rusuk besar juga dimanfaatkan karena bentuknya yang panjang.
Biasanya digunakan untuk menulis ayat-ayat pendek atau catatan ringkas.
4. Al-Aqṭāb (الأَقْطَاب) – Potongan Kayu
Potongan kayu atau papan kecil menjadi alternatif lain ketika bahan seperti tulang atau kulit tidak tersedia.
Meskipun berat dan tidak fleksibel, tetap berguna sebagai media penulisan wahyu.
5. Al-Likhāf (اللِّخَاف) – Lempeng Batu Tipis
Al-likhāf adalah batu pipih atau batu lempeng berwarna terang yang cukup datar untuk ditulisi.
Batu ini digunakan sebagai alternatif saat bahan organik tidak tersedia, meskipun cukup berat dan tidak praktis untuk dibawa.
6. Al-Usb (العُصَب) – Serat atau Tulang Keras
Al-Usb merujuk pada bagian keras seperti urat besar, tendon, atau bagian tulang keras lainnya.
Bahan ini tidak sepopuler yang lain, tetapi tetap digunakan dalam kondisi darurat untuk mencatat ayat-ayat pendek.
🧠 Mengapa Penulisan Ini Penting?
Walaupun Nabi Muhammad ﷺ tidak menulis sendiri, beliau menunjuk sahabat-sahabat seperti Zaid bin Tsabit,
Ubay bin Ka’ab, dan Muawiyah bin Abu Sufyan untuk mencatat wahyu yang diturunkan.
Tulisan-tulisan ini menjadi bukti fisik wahyu, melengkapi hafalan yang tersebar di kalangan sahabat.
📘 Dari Tulisan Terpisah ke Mushaf Lengkap
Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, Al-Qur’an masih tersebar dalam hafalan dan tulisan terpisah.
Karena banyak penghafal Al-Qur’an gugur dalam Perang Yamamah, Khalifah Abu Bakar memerintahkan pengumpulan tulisan Al-Qur’an ke dalam satu mushaf.
Proses ini disempurnakan oleh Khalifah Utsman bin Affan, yang menyusun Mushaf Utsmani yang kita kenal hingga kini.
🖼️ Infografis Media Tulis Al-Qur’an
Gambar di atas menunjukkan beberapa contoh media tulis awal, seperti riqāʿ (kulit), al-aktāf (tulang belikat),
al-adhlāʿ (tulang rusuk), al-likhāf (lempeng batu), al-aqṭāb (papan kayu), dan al-usb (tulang keras).
✨ Penutup
Media tulis yang digunakan di masa awal Islam menggambarkan kesungguhan para sahabat dalam menjaga wahyu Allah.
Dengan alat yang sederhana, mereka tetap mampu menuliskan dan menyebarkan Al-Qur’an hingga kita bisa membacanya dengan mudah hari ini.
Inilah bukti bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang dalam menjaga kebenaran wahyu.