Mengapa Banyak yang Gagal dalam Proses Pernikahan?
Ringkasan dari Hikayat Podcast Eps. 1 Musim ke-2 – “MENGAPA BANYAK YANG GAGAL DALAM PROSES PERNIKAHAN” (Budi Ashari Official)
Hikayat Podcast kembali membuka musim kedua setelah menuntaskan 52 episode di musim pertamanya yang membahas kisah penciptaan Nabi Adam alaihi salam. Di musim terbaru ini, tema utama berfokus pada “Anak” atau keturunan, dimulai dari kisah dua anak Nabi Adam yang diabadikan dalam Al-Qur’an.
1. Tujuan Utama Pernikahan dan Keturunan
Pernikahan merupakan syariat yang sangat tua, bahkan telah ada sejak zaman Nabi Adam. Tujuan paling mendasar dari pernikahan adalah untuk melahirkan keturunan agar tugas suci manusia di bumi — yang pertama kali diamanahkan kepada Nabi Adam — dapat terus berlanjut.
Pola yang Berulang:
Kisah Nabi Adam dan Hawa, serta anak-anaknya, menjadi pola dasar bagi kehidupan manusia. Pola ini terus berulang hingga masa kini sebagai gambaran fitrah manusia yang hakiki.
Hukum Keturunan:
Pada masa Nabi Adam, populasi manusia masih sangat sedikit. Berdasarkan riwayat, Nabi Adam dan Hawa melahirkan sekitar 40 anak. Karena itu, syariat pernikahan ketika itu mengatur agar mereka menikahi kembaran dari rahim yang berbeda, sebagai bentuk persilangan untuk menjaga keberlangsungan keturunan.
Warisan Tugas:
Riwayat menyebutkan bahwa Nabi Adam wafat setelah melihat 400.000 anak dan cucunya. Hal ini menunjukkan pentingnya memperbanyak keturunan sebagai bagian dari peran manusia dalam meneruskan tugas dan amanah di bumi.
2. Kritik terhadap Fenomena Child-Free
Fenomena modern seperti child-free — yaitu memilih untuk tidak memiliki anak meskipun sudah menikah — dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap fitrah manusia.
Alasan di Balik Child-Free:
Umumnya, pilihan ini didorong oleh keengganan untuk repot mengurus anak atau kekhawatiran terhadap beban ekonomi yang semakin berat.
Dampak Pelanggaran Fitrah:
Melanggar fitrah sama halnya dengan membiarkan kuku tumbuh terlalu panjang — pada akhirnya akan menimbulkan masalah. Begitu pula ketika manusia menolak fungsi alamiahnya untuk memiliki keturunan.
- Kerusakan Individu: Pada wanita, rahim yang mulia diciptakan sebagai tempat tumbuhnya bayi. Bila fungsi ini diabaikan, organ tersebut bisa mengalami gangguan kesehatan seperti kista atau kelainan lainnya.
- Kerusakan Sosial dan Negara: Jika pelanggaran fitrah terjadi secara massal, maka akan muncul kekosongan generasi. Fenomena ini kini dialami oleh beberapa negara maju seperti di Eropa dan Jepang, di mana pemerintah harus memberikan insentif uang agar masyarakat mau memiliki anak.
3. Cinta Bukan Segalanya dalam Pernikahan
Kesalahan mendasar yang sering menyebabkan kegagalan pernikahan — termasuk keputusan untuk child-free — adalah menganggap cinta sebagai segalanya dan tujuan utama dalam rumah tangga.
Cinta Bersifat Fana:
Cinta (mahabbah) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki siklus: tumbuh, mekar, kemudian layu dan rontok seiring waktu.
Tujuan yang Lebih Tinggi:
Pernikahan sejatinya tidak hanya bertujuan untuk menyatukan dua cinta, melainkan untuk mengemban tugas suci melahirkan keturunan dan meneruskan amanah kehidupan.
Istilah dalam Al-Qur’an:
Al-Qur’an tidak menyebut pernikahan dengan istilah “mahabbah”, melainkan sakinah (ketenangan), mawaddah (rasa kasih sayang), dan rahmah (belas kasih). Hal ini menunjukkan bahwa cinta hanyalah salah satu unsur dari pernikahan, bukan tujuan utamanya.
Cinta sebagai Pelengkap:
Dalam pandangan Islam, cinta yang baik adalah topping yang memperindah rumah tangga yang telah menjalankan tujuan utamanya — memiliki keturunan dan menunaikan tugas mulia. Rumah tangga semacam itu bisa menjadi “surga dunia sebelum akhirat.” Bahkan, cinta bisa tumbuh dan berkembang setelah pernikahan, meskipun tidak selalu menjadi titik awalnya.
Tonton video lengkapnya untuk mendapat lebih banyak faidah..
 
                 
                                    
Belum ada yang komen nih..