Episode ketiga Hikayat Podcast ini melanjutkan pembahasan tentang penyakit hasad (kedengkian) dan bagaimana Iblis (setan) memainkan peran kunci dalam memicu dan mengajarkan kejahatan pertama yang dilakukan manusia di bumi.
Dua Sebab Utama Terjadinya Kejahatan!
Menurut penjelasan para ulama yang disampaikan dalam video, seseorang dapat melakukan kejahatan karena salah satu dari dua sebab berikut, atau bahkan keduanya:
- Jiwa yang Buruk (Nafsu): Yaitu kondisi hati atau karakter yang sudah rusak, lemah, atau memang condong kepada keburukan.
- Bisikan Setan (Iblis): Yaitu gangguan, tipuan, atau dukungan yang diberikan Iblis untuk memperparah niat jahat atau mengajarkan teknis kejahatan (seperti yang dilakukan Iblis kepada Qabil).
Mari kita dalami lagi..
1. Puncak Hasad: Potensi Pembunuhan
Kelanjutan kisah Qabil dan Habil menunjukkan bahwa hasad berujung pada ancaman dan pertumpahan darah.
- Ancaman Langsung: Karena sedekahnya ditolak dan ia gagal mendapatkan jodoh yang diinginkan, Qabil langsung mengucapkan, “Pasti kamu saya bunuh.” Ucapan ini merupakan penegasan bahwa kekhawatiran para Malaikat saat penciptaan Adam tentang kerusakan dan pertumpahan darah di bumi telah terbukti.
- Harga Sebuah Nyawa: Dalam Islam, menyelamatkan jiwa (nyawa) manusia adalah salah satu dari lima hal asasi yang wajib dijaga. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa agama seseorang akan tetap baik selama ia tidak menumpahkan darah.
Hadits: “لَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ فِي فُسْحَةٍ مِنْ دِينِهِ مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا” (HR. al-Bukhārī no. 6862). Antisipasi Islam terhadap pembunuhan sangatlah tinggi, bahkan melarang perlakuan buruk terhadap hewan dan larangan mutilasi jasad, meskipun kepada musuh di medan perang, karena manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah ﷻ. 
2. Iblis Sebagai Guru Kejahatan
Kejahatan terjadi karena dua faktor (atau keduanya): jiwa yang buruk dan bisikan setan. Qabil mengalami keduanya.
- Mengajarkan Cara Membunuh: Karena Qabil tidak tahu cara membunuh, Iblis datang dan memberikan “demonstrasi” atau workshop. Iblis mengambil dua batu, meletakkan kepala seekor binatang di atas satu batu, lalu menghantamnya dengan batu yang lain hingga pecah. Hal ini menunjukkan bahwa Iblis adalah pihak yang mengajarkan kekejaman dan memperkenalkan cara menumpahkan darah.
- 
Larangan Menodongkan Senjata (Walau Bercanda): Untuk mengantisipasi potensi kejahatan dan menanggulangi pekerjaan Iblis, Islam memberikan larangan keras, bahkan dalam hal yang dianggap sepele: 
 Nabi melarang seseorang mengacungkan atau menodongkan sesuatu yang tajam (misalnya pisau) kepada saudaranya, meskipun dalam keadaan bercanda.
 Larangan ini bertujuan untuk menjaga hati agar tidak terbiasa dengan tindakan kekerasan dan mencegah setan menunggangi kata-kata atau tindakan tersebut.
- Pintu Setan di Zaman Modern: Pekerjaan Iblis hari ini menjadi lebih mudah karena manusia telah melegitimasi keburukan, yaitu:
- Lisan yang Kotor: Kata-kata kasar dan kotor menjadi hal yang biasa dan maklum, yang membuat hati menjadi keras dan jauh dari fitrah.
- Komedi yang Haram: Kelucuan yang didapatkan dari menghina atau menjatuhkan harga diri orang lain (termasuk menghina orang tua orang lain) adalah hal yang tidak lucu dan haram, namun sering menjadi tontonan.
 
3. Amarah (Emosi) Bahan Bakar Kejahatan
- Amarah dari Setan: Nabi Muhammad ﷺ menegaskan bahwa amarah itu berasal dari setan (الْغَضَبُ مِنَ الشَّيْطَانِ). Amarah adalah bahan bakar yang membuat seseorang kalap, yang kemudian ditunggangi oleh setan untuk melakukan kejahatan (seperti yang terjadi pada Qabil).
- Pujian untuk Penahan Amarah: Al-Qur’an memuji orang-orang beriman yang hebat, yaitu mereka yang mampu menahan amarah (وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ) dan memaafkan orang lain.
- Antisipasi: Untuk meredakan amarah, disarankan mengambil wudu karena air dipercaya mampu membasuh pengaruh setan yang terbuat dari api.
 Nabi ﷺ bersabda :
 إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
 “Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud no. 4784, dinilai hasan).
4. Fitrah Manusia dan Ilmu Otak
- Tubuh Cocok untuk Kebaikan, Tidak Cocok untuk Berbuat Kejahatan : Melakukan kebaikan dan ketaatan seharusnya terasa ringan karena sesuai dengan fitrah tubuh. Sebaliknya, melakukan dosa dan kejahatan memerlukan usaha fisik dan mental yang lebih besar (berat) karena tubuh manusia tidak dirancang untuk itu.
- Analisis Otak (Nāṣiyah): Menurut kajian ilmiah modern tentang otak, bagian depan kepala (ubun-ubun atau nāṣiyah) adalah pusat pengambilan keputusan dan pertimbangan.
Al-Qur’an menyebut bagian ini sebagai نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ — “ubun-ubun yang berdusta lagi durhaka” (Surah Al-‘Alaq [96]:16). Ilmuwan otak menjelaskan bahwa jika seseorang berbohong atau berbuat kesalahan, bagian otak ini akan menyala (terlihat pada alat lie detector), menunjukkan adanya perjuangan dan upaya yang tidak natural untuk melakukan dosa. 
- Bahaya Orientasi Kesenangan: Untuk membuat anak berperilaku seperti binatang (hanya mementingkan kesenangan), sering-seringlah mengajaknya ke pusat perbelanjaan atau tempat hiburan di usia dini. Hal ini akan terlalu menumbuhkan otak belakang (kenikmatan insting) dan mengabaikan perkembangan otak depan (nāṣiyah) yang berfungsi untuk beragama dan mengambil keputusan yang benar.
Kesimpulan
Orang tua dan setiap individu harus sadar bahwa jiwa yang buruk dan bisikan setan adalah kombinasi berbahaya. Dengan menjaga fitrah dan menjauhi amarah, manusia akan lebih mudah kembali kepada kebaikan karena tubuh dan jiwanya memang diciptakan untuk itu.
Tonton video lengkapnya untuk mendapat lebih banyak faidah..
 
                
Belum ada yang komen nih..