Kekuatan ‘Bisikan’ Wanita dan Tanggung Jawab Laki-laki: Pelajaran dari Kisah Adam dan Hawa
(Resumen dari HIKAYAT PODCAST Episode 5: Tempat Yang Mulia Untukmu Wanita)
Kisah Adam dan Hawa dalam memakan buah terlarang adalah narasi yang menjadi pondasi teologis banyak agama. Namun, dalam Islam, diskusi mengenai siapa yang pertama kali jatuh dalam kesalahan—Hawa (wanita) atau Adam (laki-laki)—membuka wawasan mendalam tentang peran dan dinamika suami-istri.
Podcast HIKAYAT yang dibawakan oleh Ustaz Budi Ashari membahas perbandingan antara Injil (Kejadian Pasal 3) dan berbagai tafsir Qur’an, menyoroti pelajaran penting tentang kekuatan pengaruh seorang wanita—yang diibaratkan sebagai “bisikan”—serta tanggung jawab utama seorang laki-laki sebagai pemimpin.
1. Perdebatan Klasik: Siapa yang Salah Duluan?
Perbedaan pandangan mengenai siapa yang melakukan kesalahan pertama kali memberikan dua pelajaran berharga bagi rumah tangga:
A. Pandangan: Hawa yang Memulai (Bisikan Negatif)
- Sumber: Dalam Injil (Kitab Kejadian) dan sebagian tafsir ulama Islam (seperti Imam Ibnu Katsir), terdapat pendapat bahwa Hawa lah yang pertama kali makan buah terlarang dan kemudian memberikannya kepada Adam.
- Pelajaran: Jika Hawa yang memulai, pelajarannya adalah tentang kekuatan “bisikan” wanita yang mampu mengubah pandangan suami. Seorang istri mampu membuat kesalahan terlihat indah atau mendesak suami untuk berbuat salah.
- Contoh: Seorang suami yang jujur bisa terdorong untuk korupsi bukan karena niatnya, melainkan karena desakan atau keinginan istri yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan barang mewah atau gaya hidup tertentu.
- Kekuatan Dahsyat: “Bisikan” ini begitu kuat hingga seorang pemimpin setangguh Khalifah Harun Ar-Rashid, yang secara ilmiah dan prinsip telah menunjuk Al-Ma’mun sebagai pengganti, pada akhirnya tunduk pada bisikan istrinya, Zubaidah, yang mendorong putranya sendiri (Al-Amin) menjadi penerus.
B. Pandangan: Adam yang Memulai (Teladan yang Buruk)
- Sumber: Berdasarkan analisis sastra Qur’an (balaghah) oleh Al-Alamah Ibnu ‘Asyur, ada isyarat bahwa Iblis justru mengincar Adam karena tahu istrinya pasti akan mengikuti.
- Fokus Akuntabilitas: Qur’an memperkuat pandangan ini dengan menitikberatkan akuntabilitas kepada Adam, “Dan Adam mendurhakai Tuhannya dan berbuat kesalahan (keliru).” Mengapa hanya Adam yang disebut? Karena Adam adalah pemimpin dan teladan.
- Pelajaran: Jika Adam yang memulai, pelajarannya adalah tentang kekuatan teladan seorang laki-laki. Jika suami sebagai pemimpin tergelincir, kesalahannya akan sangat cepat diikuti oleh pasangannya, seperti air yang mengalir dari atas ke bawah. Inilah mengapa perintah untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka (qu anfusakum wa ahlikum nara) ditujukan kepada kaum laki-laki.
2. “Pengkhianatan” Wanita: Kegagalan Memberi Nasihat
Diskusi juga menyinggung hadis yang berbunyi, “Seandainya bukan karena Hawa, niscaya wanita tidak akan pernah mengkhianati suaminya selama-lamanya.”
Kata khianat di sini diartikan ulama dalam dua konteks, sesuai dengan dua pandangan di atas:
- Khianat karena Dorongan: Jika Hawa yang bersalah duluan, khianat berarti ketika wanita menggunakan bisikannya untuk mendorong suami masuk ke dalam dosa.
- Khianat karena Diam: Jika Adam yang bersalah duluan, khianat berarti ketika wanita gagal menasihati suaminya yang terlihat akan jatuh ke dalam kesalahan. Memberi nasihat kepada suami membutuhkan keberanian dan energi moral yang besar (seperti mendorong air ke atas). Jika hal itu tidak dilakukan, maka ia telah berkhianat pada perannya.
3. Tanggung Jawab Utama Suami: Belajar dan Mengajar
Pelajaran paling penting datang saat Adam dan Hawa bertaubat:
- Adam Belajar Sendirian: Dalam proses taubat, hanya Adam yang diperintahkan Allah untuk menerima dan mempelajari kalimat taubat (fatalaqqa Adamu min Rabbihi kalimatin).
- Adam Mengajarkan Hawa: Meskipun Adam yang belajar sendirian, pada akhirnya doa taubat tersebut diucapkan oleh keduanya (qala – keduanya berkata).
Hal ini menyiratkan kurikulum rumah tangga yang jelas: Suami harus berilmu dan harus mengaji. Setelah suami mendapatkan ilmu (belajar dari Allah), tugasnya adalah mentransfer dan mengajarkan ilmu tersebut kepada istrinya. Suami adalah guru pertama dalam rumah tangga.
Kesimpulan
Kisah Adam dan Hawa, dengan segala perbedaan tafsirnya, mengajarkan bahwa keharmonisan rumah tangga terletak pada:
- Wanita menggunakan kekuatan “bisikannya” untuk kebaikan dan nasihat.
- Laki-laki memegang teguh tanggung jawabnya sebagai pemimpin, teladan, dan guru utama bagi keluarganya.
Tonton video Lengkapnya..
 
                 
                 
                                     
                                    
Belum ada yang komen nih..